A. ASAL MULA UPACARA RITUAL 1 SURA DESA TRAJI
Legenda
upacara adat 1 sura desa Traji yaitu Kirab Pengantin dan pagelaran wayang
bermula dari masyarakat desa Traji yang mendengar suara pagelaran wayang yang
berasal dari Sendhang Sidhukun, tapi ketika dihampiri disana tidak ada apapun.
Keesokkan harinya seseorang bertamu ke rumah kepala desa Traji yang
menceritakan bahwa tadi malam orang tersebut melakukan pagelaran wayang di Sendhang
Sidhukun. Orang tersebut bernama Ki Dalang Garu yang berasal dari Dusun Bringin
Desa Tegalsari. Dalam ceritannya Ki Dalang Garu tidak merasakan tadi malam
ditanggap oleh Danyang (makhluk halus) untuk melakukan pagelaran wayang di
Sendang Sidukun sebab yang menyuruh seperti orang biasa. Tempat yang digunakan untuk
pagelaran wayang juga biasa tetapi tempatnya lebih baik dan penontonnya juga
banyak, serta disekitarnya juga banyak deretan pedagang. Tetapi Ki Dalang Garu
memiliki firasat yang aneh karena setelah selesainya pagelaran wayang tersebut,
upah yang diberikan dari yang punya hajat kepada Ki Dalang Garu hanya berupa
kunir satu Irik. Ki Dalang Garu
merasa terharu dengan pemberian tersebut sehingga beliau hanya mengambil 3 Rempang. Sepulangnya dari pagelaran
wayang, Ki Dalang Garu diberi pesan oleh orang yang punya hajat tersebut agar
tidak menoleh ke belakang selama tujuh langkah dari tempat pagelaran. Setelah
tujuh langkah Ki Dalang Garu teringat bahwa Blencong(lampu untuk pagelaran
wayang) miliknya tertinggal, kemudian beliau menoleh, dan tiba-tiba Blencong tersebut
sudah tergantung di pohon beringin. Ki Dalang Garu dikejutkan lagi karena upah
yang diberikan berupa kunir berubah menjadi emas 24 karat tapi itu semua yang
menentukan adalah Allah SWT.
Setelah mendengar cerita dari Ki Dalang
Garu, maka Bapak Kades mengambil kesimpulan dan menentukan bahwa setiap malam
tanggal 1 Sura diadakan upacara ritual Sesaji Selamatan Sadranan Sendhang
Sidhukun dan pagelaran wyang kulit. Cerita pada pagelaran wayang kulit
mengambil lakon tentang Tambak yang bermakna untuk menambak hawa nafsu manusia
menuju jalan kebenaran.
Pada tahun 1964-an desa Traji yang terdiri
dari 4 RW terjadi perselisihan. 2 RW ingin tetap melaksanakan pagelaran wayang,
sedangkan 2 RW lain tidak ingin melaksanakan pagelaran wayang. Sehingga, dampak
dari 2 RW yang tidak melakukan pagelaran wayang ekonominya turun dan kehidupan
masyarakatnya buruk. Sebaliknya, 2 RW yang melaksanakan pagelaran wayang
ekonominya naik dan kehidupan masyarakatnya baik.
B.
PROSES
PERJALANAN UPACARA RITUAL
Sebulan
sebelum pelaksanaan ritual, pemerintah desa, panitia ritual 1 Sura dan sesepuh
desa Traji mengadakan raat. Pada rapat I membahan mengenai pelaksanaan
pagelaran wayang kulit dan biaya yang diperlukan. Pada rapat ke II membahas
mengenai ketua panitia Ritual 1 Sura dan mengumpulkan seksi-seksi, RT, RW,
perangkat desa Traji, sesepuh desa Traji dan Hansip setempat. Pada rapat ini
membahas mengenai penentuan dalang dan biaya, ketika sudah sepakat maka ketua
panitia membagi bagian ke masing-masing RT, dan RT membagi bagian kepada
masyarakat dengan cara Undu-usuk (suka rela atau seikhlasnya) sehingga lebih
dan kurangnya biaya ditanggung oleh panitia. Pelaksanaan rapat yang terakhir
membahas tentang pembagian kerja bagi semua seksi, masing-masing seksi
menjalankan tugasnya.
Pada hari H, orang-orang yang sudah diberi
wewenang untuk ikut kirab pengantin berkumpul di Balai Desa Traji pukul 17.00
WIB. Sebelum berangkat, sesepuh melakukan upacara Kenduri yang bertujuan untuk
melakukan doa memohon kepada Sang Pencipta agar dalam pelaksanaan upacara ini
selalu diberi kelancaran dan keselamatan. Setelah upacara Kenduri, maka
kira-kira pada pukul 18.30 WIB rombongan sesaji meninggalkan Balai Desa Traji
menuju ke Sendhang Sidhukun dengan berjalan kaki yang diawali oleh rombongan
pembawa sesaji yang berpakaian adat Jawa. Perjalanan menuju Sendhang Sidhukun
diiringi dengan lampu Petromax, selanjutnya Bapak Kades serta Ibu Kades juga
berpakaian layaknya pengantin adat Jawa yang menggunakan kain Truntum.
Dibelakangnya, perangkat desa, sesepuh dan putri domas juga menggunakan pakaian
adat Jawa. Barisan paling belakang adalah seksi keamanan dan seksi dokumentasi.
Setibanya rombongan kirab pengantin di
tempat sesaji, rombongan disambut oleh Seksi Sendang dengan berjabat tangan,
selanjutnya dipersilahkan menempati tempat sesaji.
Selanjutnya juru kunci sendang mulai
membakar menyan yang intinya memohon doa kepada Allah SWT agar diberi keselamatan supaya upacara ritual
1 Sura dapat berjalan dengan baik dan lancar. Setelah selesai lalu mengambil
sesaji yang pokok berupa :
ü Uncet bakar
ü Ingkung ayam
ü Bunga harum
ü Pisang
ü Ketan Bakar
ü Ketela
ü Gembili
ü Bunga kecipir
ü Kupat lepet
ü Minuman : Kopi, Teh, Air putih, dan Santan.
ü Nasi tumpeng yang didalamnya berisi kepala
kambing beserta kakinya (untuk dibuang ke Sendhang), jajanan pasar lengkap,
tikar pasir, kendi dan bungkusan, beras putih dan kuning, bungkusan bunga dll.
Kemudian
Bapak Kades memohon kepada Allah SWT agar dirinya dan semua masyarakatnya
diberi keselamatan, kesehatan lahir dan batin, rukun, sejahtera, jauh dari mara
bahaya dan rejeki oleh Allah SWT. Setelah selesai, maka Bapak Kaum membaca doa
agar semua cita-cita masyarakat desa Traji dapat terwujud dan dikabulkan oleh
Allah SWT, selanjutnya disambut dengan kidungan Macaphat yang intinya adalah
untuk ketentraman dan kesejahteraan masyarakat desa Traji. Kemudian, Seksi
Sendhang mulai membagi-bagikan sesaj yang ada dengan cara ditaburkan kepada
semua pengunjung, dibuat dengan cara rebutan. Bagi yang percaya, maka hal itu
seperti merebut rejeki. Seksi Sound System bekerja keras untuk menasehati
kepada semua pengunjung dan memberi pengarahan terhadap prosesi ritual sesaji.
Seksi Keamanan juga berperan penting untuk mengamankan jalanya ritual ini, dan
seksi dokumentasi bertugas mendokumentasikan prosesi ritual sesaji tersebut.
Setelah
upacara ritual sesaji, maka Bapak Kades beserta rombongan meninggalkan lokasi
sesaji Sendhang Sedhukun dan meneruskan sesaji di Kali Jaga yang bertujuan
sama. Setelah semua upacara selesai, rombongan pulang ke Balai Desa Traji,
dalam perjalanan pulang Ibu Kades membeli jajanan di setiap penjual dengan
menggunakan koin kuno, bagi pedagang yang percaya jualannya akan laris.
Sesampai di Balai Desa dilanjutkan dengan acara malam Tirakatan, sedangkan
siangnya diadakan kesenian yang ada di desa Traji dan selanjutnya selama 1 hari
1 malam diadakan pagelaran wayang kulit.
Tradisi
adat di lokasi sesaji setelah upacara ritual, para pengunjung mulai berebutan
mengambil air ke lubang sumur sesaji. Setelah ada pengarahan dan nasehat dari
Seksi Sendhang maka pengambilan air tersebut dapat teratur dan tertib. Dalam
pengambilan air tersebut pelayanannya satu persatu hingga 3 hari 3 malam.
Sebelumnya pengunjung ditanya apa maksud dan keperluannya, maka Seksi Sendhang
berdoa agar permohonan dari pengunjung terkabul lalu pengunjung baru di berikan
air tersebut. Setelah selesai mengambil air para pengunjung pergi dan
memasukkan uang dalam kas seikhlasnya.
Setelah
semua upacara ritual 1 Sura selesai, maka tugas ketua panitia mengadakan rapat
pembubaran yang menghadirkan seksi-seksi panitia, perangkat desa, BPD, LKMD,
dan LMD, Ketua RW, Ketua RT seluruh dusun dan para sesepuh desa untuk
menyimpulkan hasil kerja kepanitiaan, keluar masuknya dana sehingga masyarakat
tahu. Setelah selesai membuat laporan, maka panitia ritual 1 Sura membuat surat
edaran laporan dana dan disalurkan ke masing-masing ketua RT guna disalurkan
kepada masyarakat.